03 May 2005


My Senior High School, SMU 3 Jakarta Posted by Hello

:) Posted by Hello

02 May 2005

Membangun Tim Efektif

Oleh: R. Anjas Suprayogi, S.Pd.

Pertama kali untuk membangun sebuah tim yang solid, yang harus anda lakukan adalah dengan mengenali siapa diri Anda. Pahami, siapa Anda sebenarnya, kenali karakter Anda, bagaimana sikap Anda terhadap orang lain, dan bagaimana Anda melihat peluang yang ada.
Yang kedua, yakinkan pada diri Anda, bahwa Anda adalah bagian dari sebuah tim yang hebat. Kuatkan keyakinan bahwa Anda dapat diterima dengan baik oleh orang lain. Perasaan takut ditolak, takut bergaul, minder, adalah akar dari ketidakpercayaan diri Anda, sehingga Anda malas untuk bekerja sama dengan orang lain.

Yang ketiga, jalin komunikasi yang efektif dengan orang-orang sekeliling Anda, terutama tim Anda. Sering-sering bersilaturahmi dengan mereka, sharing, berbagi apa saja dengan tim Anda. Jangan biasakan Anda berkomunikasi ketika ada maunya saja, atau hanya kalau ada pekerjaan. Sering-sering berkunjung kerumah, atau buat acara mabit bersama.
Yang Keempat, gali apa keinginan, visi dari tim Anda. Rumuskan tujuan, visi, misi dan motto dari tim Anda. Rumusan visi, misi yang tim Anda buat, haruslah benar-benar keluar dan merupakan aspirasi dari anggota tim. Bukan sebuah instruksi, paksaan dan pesanan dari orang-orang tertentu.
Kelima, budayakan dialog dengan tim Anda. Dengan dialog Anda akan mendapatkan banyak hal. Anda akan tahu permasalahan tim Anda dengan dialog.
Keenam, Jadilah manusia pembelajar. Manusia pembelajar adalah manusia yang dalam dirinya, tidak ada kata berhenti untuk belajar. Manusia pembelajar adalah dia yang dengan gigihnya selalu berusaha menggapai kesempurnaan, dengan terus memperbaiki diri.
Ketujuh, jadilah tim Anda sebagai Learning Team, atau Learning Organization. Organisasi pembelajar adalah organisasi yang memberikan kesempatan dan mendorong setiap individu yang ada dalam organisasi tersebut untuk terus belajar dan memperluas kapasitas dirinya. Dia merupakan organisasi yang siap menghadapi perubahan dengan mengelola perubahan itu sendiri (managing change).-- Mentransformasikan Organisasi Anda Menjadi Organisasi Pembelajar, R. Anjas Suprayogi, S.Pd.

Mentransformasikan Organisasi Anda



Perubahan tetap dan akan terus terjadi, dengan atau tanpa adanya kita. Kesiapan untuk menghadapi perubahan merupakan pekerjaan besar yang harus dipersiapkan agar kita bisa bertahan akibat gilasan perubahan. Perubahan itu terjadi di luar dari diri kita dan tidak akan berkompromi dengan diri kita. Pante rei, menurut filsafat Yunani, segalanya bergerak, segalanya mengalir, dan segalanya berubah karena perubahan merupakan tanda kehidupan.
Apa yang harus dipersiapkan dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut? Haruskah kita berdiam diri, menunggu, dan akhirnya dilibas oleh perubahan global tersebut? Atau kita kemudian memberikan reaksi dengan sangat reaktif dan kemudian “menantang” perubahan tersebut ?
Ketika perubahan itu datang dari luar diri kita dan kemudian kita bersikap reaktif dengannya, melawannya, bahkan antipati dengan perubahan tersebut, maka kita menjadi bagian orang-orang yang kalah. Untuk menghadapi perubahan itu kita harus berubah, selalu antisipatif dengan kemungkinan-kemungkinan baru, dan kreatif menghadapi perubahan. Satu hal konkrit yang bisa kita lakukan adalah dengan BELAJAR.
Hakikat belajar adalah perubahan, sedangkan manusia yang tidak mau dan mampu lagi untuk berubah, dia telah mati. Merasa nyaman pada posisi sekarang, terlena pada zona nyaman, dan merasa tenang dengan kemapanan yang telah didapatkan, innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Ya..., dia telah MATI (RIP-Rest in Peace).
Belajar menjadi kata kunci dari proses perubahan. Sekarang yang menjadi pertanyaan BESAR adalah sudahkah kita belajar? Sudahkah kita berubah dengan kita belajar?
Kadang kita sudah merasa cukup belajar dengan hanya menghafal pelajaran, membaca buku-buku tebal, menghapal rumus-rumus rumit, dan memahami materi-materi yang didapatkan. Contohnya, selama ini kita hanya belajar tentang manusia, dengan alat Biologi, Sosiologi, Antropologi, Psikologi, dan logos-logos lainya. Namun kita sering melupakan untuk belajar melakukan dan belajar menjadi manusia, dengan memahami jati diri kita, kenapa kita ada di muka bumi ini, kenapa kita diciptakan, dan fitrah seperti apa yang seharusnya kita lakukan. Kita hanya berkutat mempelajari skenario kehidupan kita, namun kita lupa untuk memainkan peran dalam skenario kehidupan tersebut.
Sekarang saatnyalah kita membenahi proses belajar kita selama ini. Mari belajar dengan mengalami apa yang kita pelajari. Karena kita tahu bahwa belajar yang paling berarti adalah belajar dari pengalaman, sehingga pada akhirnya kita akan bisa menjadi diri kita sendiri setelah melewati proses pengalaman yang panjang.
Salah satu usaha untuk bisa menghadapi perubahan adalah dengan terus menyempurnakan usaha untuk menjadi manusia pembelajar. Ciri utama manusia pembelajar adalah selalu memperkaya kapasitas dirinya, memperbaiki kekurangannya, terbuka terhadap kritik dan masukan orang lain, dan tidak kolot terhadap perubahan. Dia adalah sosok manusia yang dinamis, selalu membelajarkan dirinya dan juga mengajak orang-orang di sekelilingnya untuk terus belajar.
Sampai kemudian, ketika manusia-manusia pembelajar telah banyak dan berkumpul dalam sebuah komunitas, sebuah lembaga, kelompok binaan, ataupun sebuah organisasi, mereka dengan kesadaran yang ‘luar biasa’, berusaha menjadikan komunitas mereka sebagai komunitas pembelajar. Di manapun dia berada, dia selalu menggelorakan semangat belajar (lifetime learning). Tidak ada satu kejadianpun yang terlewatkan, melainkan untuk menggali pelajaran dan hikmah. Setiap hari adalah perbaikan (istimrorul ihsan) untuk menjadi lebih baik dan menuju kepada kesempurnaan (Kaizen).
Andrias Harefa menyebutkan tiga tugas utama seorang manusia, yaitu menjadi: manusia pembelajar, pemimpin sejati dan guru. Bagaimana manusia pembelajar sudah sedikit dipaparkan, sementara pemimpin sejati merupakan proses yang harus di awali dengan menjadi manusia pembelajar. Pemimpin sejati adalah orang yang mampu mengorganisiasikan dirinya, mengorganisasikan sumber-sumber di sekitarnya, dan membimbing orang-orang di sekelilinya untuk menjadi manusia pembelajar. Setiap orang mempunyai potensi menjadi pemimpin, karena setiap orang adalah pemimpin, dan dibalik setiap kepemimpinan ada sebuah tanggung jawab, yang merupakan tolok ukur dari tingkat kedewasaan seseorang. Sementara untuk menjadi dewasa, seseorang harus BELAJAR.
Sedangkan GURU merupakan tingkatan di mana dia telah mampu menjadikan hari-harinya menjadi hari yang penuh hikmah, mampu memberikan solusi bagi orang-orang di sekelilingnya, dari sentuhan tarbiyahnya (pendidikan), telah melahirkan pemimpin-pemimpin sejati yang mampu menjadikan dirinya sebagai unsur perubahan (agent of change). Seorang guru dalam proses mendidiknya mampu menjalankan fungsinya sebagai seorang: walid (orang tua), syaikh (bapak spiritual), ustadz (guru), dan Qoid (pemimpin).
Baik manusia pembelajar, pemimpin sejati, maupun guru mengemban tugas menjadikan masyarakatnya menjadi masyarakat pembelajar, dan menjadikan lingkungan di mana mereka beraktivitas sebagai lingkungan pembelajar. Masyarakat pembelajar dimungkinkan akan terwujud dengan dikembangkannya organisasi pembelajar (Learning organization).
Organisasi pembelajar adalah organisasi yang memberikan kesempatan dan mendorong setiap individu yang ada dalam organisasi tersebut untuk terus belajar dan memperluas kapasitas dirinya. Dia merupakan organisasi yang siap menghadapi perubahan dengan mengelola perubahan itu sendiri (managing change).

Komponen Learning Organization (LO)
Untuk memulai mentransformasikan organisasi di mana kita berada sekarang, terlebih dulu, mari kita cermati komponen-komponen penting yang harus ada dalam organisasi pembelajar.
1. Learning (Belajar)
2. Organization (Organisasi)
3. People (Orang)
4. Knowlegde (Pengetahuan)
5. Technology (Teknologi)

Secara kasat mata, kelima komponen tadi ada dalam organisasi manapun, baik organisasi konvensional maupun organisasi modern yang sudah menerapkan prinsip-prinsip pengembangan organisasi. Lalu apa bedanya? Mari kita cermati bersama.
Belajar dalam LO merupakan ruh yang memberikan gerak bagi maju mundurnya suatu organisasi. Belajar menjadi prioritas utama dalam setiap kegiatan yang dilakukan organisasi atau perusahaan tersebut. Setiap orang yang ada dalam LO didorong untuk mengembangkan diri dan memperkaya kapasitas dirinya. Setiap individu terlatih dalam skill-skill belajar, learning how: to do, to learn, to be, to life together. Mereka juga dengan antusiasme yang luar biasa, terus berusaha menerapkan metode percepatan belajar. Dinamika pembelajaran itu berkembang tidak hanya pada diri mereka seorang, tapi juga berkembang pada kelompok, bahkan sudah menjadi budaya organisasi.
Dari sisi Organisasi, organisasi yang mempunyai semangat LO, mereka akan memperjelas visi organisasi mereka, yang digali dari visi-visi individu. Visi mereka adalah visi yang jelas, semua orang menghayati visi tersebut, karena visi tersebut digali dari diri mereka. Dalam LO ada sebuah iklim yang terbentuk yang mendorong individu-individu yang ada untuk berkembang. Secara struktural, LO adalah organisasi yang ramping, tidak gemuk dengan birokrasi yang njlimet dan berbelit. Struktur yang ramping memungkinkan orang-orang yang ada dapat berkoordinasi dengan efektif dan efesien. Dalam pelaksaan program kerja dan kegiatan, orientasinya bukan pada hasil dan target pencapaian waktu saja, tapi lebih pada proses, terlebih pada proses pembelajarannya.
Pemberdayaan SDM di LO menjadi bagian yang penting, orang yang ada di dalam organisasi, maupun orang-orang yang ada di luar organisasi. Tidak ada gap atasan dan bawahan. Hungungan dengan customer dibina dengan baik.
Knowlegde Management menjadi kebutuhan pokok yang harus dijalankan dengan untuk memudahkan sirkulasi pengetahuan sehingga bisa berkembang dengan baik. Pengetahuan dikelola dengan baik, dari bagaimana mendapatkan pengtahuan, menciptakan pengetahuan baru, menyimpannya, dan kemudian menyebarkan pengatahuan untuk kemudian digunakan.
Dan yang terahir adalah pemanfaatan teknologi, yaitu berupa sistem informasi, belajar berbasikan teknologi (komputer), sistem kinerja tinggi dengan sistem pendukung. Untuk yang terakhir ini, masih cukup sulit dikembangkan di negara berkembang.

Prinsip-prinsip Learning Organization
Organisasi Pembelajar didasarkan atas beberapa ide dan prinsip yang integral kedalam struktur organisasi. Peter Senge dalam hal ini menyebutkan bahwa inti dari Organisasi Pembelajar adalah Disiplin Kelima (The Fifth Discipline), kelima disiplin itu adalah:
1. Keahlian Pribadi (Personal Mastery)
2. Model Mental (Mental Model)
3. Visi Bersama (Shared Vision)
4. Pembelajaran Tim (Team Learning)
5. Pemikiran Sistem (System Thinking)

Sementara itu Michael J. Marquardt menambahkan satu disiplin lagi yaitu dialog (dialogue). Hampir sama dengan Marquardt, Douglas Guthrie menambahkan dan menyempurnakan apa yang sudah di sampaikan oleh Peter Senge, penambahan dan penyempurnaan itu adalah:
1. Pembelajaran Tim dan Pembelajaran Umum (Public and Team Learning)
2. Bertindak dengan penuh makna dan kemungkinan (Acting in High Level of Ambiguity)
3. Dialog secara umum (Dialogue Generatively)
4. Melihat organisasi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan (Viewing the Organization as an Integrated Whole)

1. Penguasaan Pribadi (Personal Mastery)
Penguasaan pribadi adalah suatu budaya dan norma lembaga yang terdapat dalam organisasi yang diterapkan sebagai cara bagi semua individu dalam organisasi untuk bertindak dan melihat dirinya.
Penguasaan pribadi merupakan suatu disiplin yang antara lain menunjukkan kemampuan untuk senantiasa mengklarifikasi dan mendalami visi pribadi, memfokuskan energi, mengembangkan kesabaran, dan memandang realitas secara obyektif.
Penguasaan pribadi juga merupakan kegiatan belajar untuk meningkatkan kapasitas pribadi kita untuk menciptakan hasil yang paling kita inginkan, dan menciptakan suatu lingkungan organisasi yang mendorong semua anggotanya mengembangkan diri mereka sendiri kearah sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan yang mereka pilih.

2. Model/pola Mental (Mental Model)
Model mental adalah suatu prinsip yang mendasar dari Organisasi Pembelajar, karena dengannya organisasi dan individu yang ada di dalamnya diperkenankan untuk berpikir dan merefleksikan struktur dan arahan (perintah) dalam organisasi dan juga dari dunia luar selain organisasinya.
Senge menyebutkan bahwa model mental adalah suatu aktivitas perenungan, terus menerus mengklarifikasikan, dan memperbaiki gambaran-gambaran internal kita tentang dunia, dan melihat bagaimana hal itu membentuk tindakan dan keputusan kita.
Model mental terkait dengan bagaimana seseorang berpikir dengan mendalam tentang mengapa dan bagaimana dia melakukan tindakan atau aktivitas dalam berorganisasi. Model mental merupakan suatu pembuatan peta atau model kerangka kerja dalam setiap individu untuk melihat bagaimana melakukan pendekatan terhadap masalah yang dihadapinya. Dengan kata lain, model mental bisa dikatakan sebagai konsep diri seseorang, yang dengan konsep diri tersebut dia akan mengambil keputusan terbaiknya.

3. Visi Bersama (Shared Vision)
Visi bersama adalah suatu gambaran umum dari organisasi dan tindakan (kegiatan) organisasi yang mengikat orang-orang secara bersama-sama dari keseluruhan identifikasi dan perasaan yang dituju.
Dengan visi bersama organisasi dapat membangun suatu rasa komitmen dalam suatu kelompok, dengan membuat gambaran-gambaran bersama tentang masa depan yang coba diciptakan, dan prinsip-prinsip serta praktek-praktek penuntun yang melaluinya kita harapkan untuk bisa mencapai masa depan.
4. Belajar Tim dan Belajar Umum (Public and Team Learning).
Belajar Tim adalah suatu keahlian percakapan dan keahlian berpikir kolektif, sehingga kelompok-kelompok manusia secara dapat diandalkan bisa mengembangkan kecerdasan dan kemampuan yang lebih besar dari pada jumlah bakat para anggotanya.
Public learning sendiri mengarah pada prinsip-prinsip melalui individu-individu yang didorong untuk belajar secara terbuka dan menggali apa yang tidak mereka ketahui sekarang.

5. Pemikiran Sistem (Systems Thinking)
Pemikiran sistem (berpikir sistem) adalah suatu kerangka kerja konseptual. Yaitu suatu cara dalam menganalisis dan berpikir tentang suatu kesatuan dari keseluruhan prinsip-prinsip Organisasi Pembelajar. Tanpa kemampuan menganalisis dan mengintegrasikan disiplin-disiplin Organisasi Pembelajar, tidak mungkin dapat menerjemahkan disiplin-displin itu kedalam tindakan (kegiatan) organsasi yang lebih luas.
Disiplin ini membantu kita melihat bagaimana kita mengubah sistem-sistem secara lebih efektif, dan bertindak lebih selaras dengan proses-proses yang lebih besar dari alam dan dunia ekonomi.
Berpikir sistem ini pengertiannya hampir sama dengan apa yang disampaikan oleh Guthrie tentang Melihat organisasi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan (Viewing organization as integrated whole).

6. Bertindak dengan penuh makna (Acting in High Level of Ambiguity)
Dalam Organisasi Pembelajar, setiap individu didorong untuk dapat memanfaatkan seluruh kemampuan dan kecerdasannya untuk menyikapi tantangan yang seringkali rumit dan penuh kemungkinan (ambiguitas). Individu yang mampu menerapkan prinsip ini mampu beradaptasi dengan baik dengan lingkungannya yang baru sekalipun. Modal utama untuk dapat menerapkan prinsip ini adalah memanfaatkan pengetahuan dan seluruh potensinya tersebut.
Jika pada masa manajemen berdasarkan ilmu pengetahuan dan keuangan, akan menghasilkan budaya ketelitian dalam organisasi, maka saat manajemen didasarkan pada perancangan dan pembelajaran, harus melahirkan budaya yang menyenangkan dalam berbagai bidang kemungkinan. Komitmen dari suatu lembaga dan budaya terhadap prinsip ini merupakan bagian penting dari Organisasi Pembelajar, karena ini adalah kesatuan untuk menerima fakta bahwa masa mendatang dan struktur organisasi itu sendiri adalah tetap akan terus berubah.
Pihak manajemen dan para pegawai harus merasa senang untuk bertindak dalam berbagai kemungkinan yang sulit.

7. Dialog (Dialogue Generatively)
Dialog adalah suatu bagian yang fundamental dari Organisasi Pembelajar. Dalam arti yang sederhana, dialog adalah komunikasi. Ini adalah gabungan dari berbagai interaksi dalam organisasi. Melalui dialog, setiap individu dengan interaktif menggali dan menyelesaikan satu atau seluruh aspek tindakan yang ada dalam organisasi, bagaimana mereka menerima sistem dan struktur dari organisasi, apa visi organisasi mereka.
Dialog merupakan bagian yang penting dari Public Learning. Hanya dengan dialog, individu dapat menggali dengan interaktif berbagai isu yang ada dalam organisasi. Poin penting dari dialog adalah tidak hanya untuk memahami apa yang terjadi dalam organisasi, bagaimana individu mendapatkan pengalaman struktur dan proses dalam organisasi, tapi juga untuk mengarahkan model-model baru, keterbukaan baru, dan tujuan baru untuk mendapatkan tindakan yang lebih efektif dan pemahaman dan keyakinan yang mendalam.



8. Melihat organisasi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan (Viewing the Organization as an Integrated Whole)
Inilah gambaran organisasi sebagai suatu gabungan dari individu-individu yang ada dalam organisasi. Pertama, organisasi harus dilihat sebagai satu kesatuan dari seluruh komponen yang ada dalam organisasi. Melihat gambaran yang lebih besar dari organisasi sebagai keseluruhan yang dinamis adalah sesuatu yang penting untuk memahami bagaimana organisasi bergerak dan bagaimana individu-individu dalam organisasi bergerak. Tindakan para manager akan berdampak pada budaya organisasi, begitu juga tindakan dari beberapa departemen atau bidang dalam organisasi, akan berdampak pada keseluruhan sistem yang ada pada organisasi. Oleh karena itu, melihat organisasi sebagai satu keseluruhan yang tak terpisahkan merupakan langkah penting untuk memahami organisasi.
Kedua, organisasi harus dilihat sebagai sebuah sistem sosial dunia yang dibangun, di mana proses dan keluaran merupakan hasil dari faktor jaring sosial yang semuanya bergabung dalam jalan yang membingungkan dan ambigu. Jika sebuah organisasi ingin mengetahui usaha yang dapat berpengaruh terhadap keluaran, maka perlu adanya pendekatan yang beragam (multivariative approach) untuk masalah yang dihadapi dan menerima fakta dari beberapa variabel (komponen) yang berpengaruh walaupun mungkin tidak diperhitungkan sama sekali.


Penutup.....
Perlu diingat dan diperhatikan, TIDAK ADA ORGANISASI YANG BENAR-BENAR MERUPAKAN LEARNING ORGANIZATION. Jadi jika ada organisasi yang mengklaim dirinya adalah LO, justru dia tidak memahami konsep LO, dan dia bukan LO. LO merupakan proses menuju kesempurnaan, dengan perubahan-perubahan baik dari dalam-maupun dari luar. Sama halnya dengan belajar, tidak ada kata akhir dalam belajar. Begitu juga dengan Learning Organization, tidak ada kata akhir dalam LO, yang ada adalah upaya terus menerus untuk belajar, memperbaiki diri, menuju kesempurnaan.

MELEJITKAN POTENSI DIRI

Manusia diciptakan sebagai makhluk mulia, dan terbaik (sebaik-baik ciptaan), dengan dibekali berbagai macam potensi yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Namun terkadang, kita tidak sadar bahkan tidak tahu sama sekali apa potensi kita sebagai makhluk Allah. Sehingga terkadang kita sama saja seperti hewan, atau bahkan lebih hina. Kita terhina karena kita tidak mau belajar. Sekarang yuk sama-sama kita belajar...!!!

Sebelum lebih jauh “berjalan”, YAKINKAN diri Anda bahwa Anda mempunyai kelebihan, punya potensi, dan bahkan sesuatu yang unik yang tidak dimiliki oleh orang lain. OK, Anda sudah meyakinkan diri Anda ?
Tiga potensi pokok manusia ada 3, yaitu potensi akal pikiran, tubuh, dan hati. Ketiganya mempunyai tugas dan fungsi masing-masing, dan untuk bisa menjalankan fungsinya tersebut, ketiganya harus dipenuhi haknya. Akal diberi makan dengan mempelajari pengetahuan baru, membaca, berpikir, dan meningkatkan kualitas belajar. Hak untuk tubuh adalah istirahat, makan-minum, berolahraga, dan nutrisi yang seimbang. Sedangkan hati akan terpenuhi kebutuhannya dengan berdzikir (mengingat Allah), mendengarkan nasihat atau ceramah, shalat, membaca ayat-ayat suci, dan kegiatan lainya yang bisa mendekatkan diri dengan Pencipta kita.
Pemenuhan hak atas ketiga potensi pokok itu harus seimbang, tidak boleh over dosis pada salah satu potensi saja. Contoh pemenuhan kebutuhan yang berlebihan pada satu potensi saja adalah, akal: akan menjadi orang yang amat sangat rasional. Segala sesuatu yang tidak masuk akal, maka akan ditentangnya. Tubuh (Fisik): akan menjadi orang yang mengagung-agungkan penampilan fisik. Tubuh yang bagus, penampilan yang mentereng adalah segala-galanya. Tak peduli apakah otaknya isi atau tidak, hatinya bersih atau kotor, yang penting penampilan OK. Sedang yang terakhir, adalah orang yang HANYA mengagungkan kondisi hati saja. Dia akan cenderung mengasingkan diri dari dunianya, bahkan benar-benar lupa akan dunia. Dia akan kehilangan kesadaran sosialnya sebagai anggota masyarakat, sehingga tidak peduli dengan konsisi di sekitarnya.
Prinsip keseimbangan (tawazun) sangat diperlukan dalam memperlakukan ketiga fungsi tadi. Ketika berlebihan dalam satu hal, maka akan terjadi sesuatu yang tidak beres dalam kehidupannya.

Kenali Diri.....
Tak Kenal Maka Tak Sayang...., ungkapan itu sepertinya masih sangat relevan untuk bisa melejitkan potensi diri kita. Salah satu modal kita dalam menjalani kehidupan ini adalah dengan bermodalkan energi kasih sayang. Tetapi bagaimana mungkin kita bisa menyayangi diri kita, kalau kita tidak mengenal diri kita.
Pernahkah Anda merenungkan siapa sebenarnya diri Anda ? Apa kelemahan dan kekurangan Anda ? Bagaimana sikap hidup Anda? Pernahkan Anda juga berpikir, dari mana Anda, hendak kemana Anda, dan untuk apa Anda hidup di dunia ini ?
Mengenali diri bisa dari hal-hal yang kecil, baru kemudian bertahap kepada sesuatu yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. Dalam kedudukan Anda sebagai mahasiswa, mengenali diri bisa dimulai dari bagaimana kita belajar. Ketahuilah bagaimana Anda mengolah informasi atau yang biasa disebut sebagai Modalitas Belajar. Manusia dianugerahi 3 modalitas belajar yaitu Visual, Auditory, dan Kinestetik. Setiap orang mempunyai 3 potensi tersebut, namun biasanya mereka akan ada yang dominan. Orang yang dominan Visual, dia akan mudah belajar dengan menggunakan gambar, grafik, penggunaan warna, dan icon-icon yang menarik. Orang Auditory akan mudah belajar dengan mendengarkan, biasanya akan lebih asyik jika sambil mendengarkan musik, dan biasanya orang auditory akan membaca dengan keras-keras. Yang terakhir, adalah orang kinestetik. Orang kinestetik belajar dengan melakukan, menyentuh langsung, praktek, dan biasanya orang kinestetik itu tidak bisa duduk manis, dia akan selalu bergerak dan bergerak.
Kenali potensi yang selanjutnya adalah mengenali kecerdasan Anda. Howard Gardner membagi kecerdasan menjadi 8, yang biasa disebut dengan kecerdasan berganda, kecerdasan majemuk. Kedelapan kecerdasan itu adalah:
· Spasial-Visual (berpikir dengan citra dan dambar)
· Linguistik-Verbal (Berpikir dalam kata-kata)
· Interpersonal (berpikir lewat berkomunikasi dengan orang lain)
· Musikal-Ritmik (berpikir dalam irama dan melodi)
· Naturalis (berpikir dalam acuan alam)
· Badan-Kinestetik (berpikir melalui sensasi dan gerakan fisik)
· Intrapersonal (berpikir secara reflektif)
· Logis-Matematis (berpikir dengan penalaran)

Masih banyak alat (instrumen) dalam mengenali diri, Anda dapat membacanya di beberapa buku. Termasuk melalui teman-teman Anda. Ada beberapa trik dalam mengenali diri, seseorang dapat mengenali diri (lebih khusus ke evaluasi diri) dengan melaui empat tahapan:
1. Duduk bersama pada syaikh, ustadz, orang-orang bijak, yang akan menunjukkan aib-aib kita, memberikan tausiah (nasihat) dan taujih (pengarahan).
2. Mendatangi sahabat-sahabat yang shalih dan jujur agar mendapatkan pengetahuan agama yang lebih luas lagi.
3. Bacalah aib diri dari cercaan “musuh” pada diri kita.
4. Berinteraksi dengan setiap golongan manusia. Maka tatkala menyaksikan kejahatan yang ada dalam masyarakat, Jauhilah!

Berdayakan Diri....
Setelah Anda mengetahui, kelebihan dan kekurangan Anda, sekarang cobalah berdayakan kelebihan dan potensi Anda. Minimalkan kekurangan dan kelemahan Anda dengan terus memperbaiki diri (continuous improvement-istimrorul ihsan), terus dan terus belajar (Lifetime Learning), dan cobalah beberapa langkah berikut:
1. Lakukan Analisis SWOT (Strength Weakness Opportunity Threat)
2. Bangun Tekad dan Azam yang Kuat
3. Proaktif Memanfaatkan Momen Pembelajaran (tarbiyah)
4. Susun Jadwal Pembelajaran
5. Yakinkan Diri untuk Istiqomah
6. Efektif dan Efesien terhadap Waktu
7. Curahan Seluruh Kemampuan
8. Gunakan Setiap Kesempatan
9. Kreatif dan Inovatif
10. Dayagunakan Orang Lain
11. Berpikir di Luar Ruang (Out of Box Thingking)
12. Cermat dalam Memanfaatkan Peluang
13. Selalu Instropeksi ke Dalam
14. Hadiri Majelis Ilmiah dan Ruhiyah
15. Lingkungan Keluarga sebagai Laborat.
16. Jadikan Menulis Sebagai kebutuhan.


Menyikapi Perubahan....
Perubahan akan dan terus terjadi. Jika kita tidak siap menghadapi perubahan, maka kita sendiri yang akan dilibas oleh perubahan. Ada beberapa sikap yang harus dimiliki dalam menyikapi perubahan, yaitu:
1. Kita harus menerima apapun situasi atau krisis yang melanda kita. Kita tidak perlu melawan perubahan tersebut. Pada kondisi seperti ini, yang terpenting adalah kita tahu cara mengendalikan stress.
2. Senantiasa berharap dan memiliki keyakinan kuat bahwa segala sesuatu ada waktunya. Badai Pasti Berlalu.....(kata Chrisye)
3. Fokus pada kekuatan dan peluang bukanya pada kelemahan atau musibah yang kita hadapi. Sikap ini menuntun kita untuk dapat mengatasi ek ketakutan dan bergerak keluar dari zona depresif menuju kearah yang kita inginkan.
4. Kita harus punya kemauan untuk belajar dari pengalaman mereka yang pernah mengalami krisis atau musibah.
5. Mengembangkan rasa syukur atas musibah yang kita alami.
6. Mengembangkan sikap aktif dalam mengambil bagian untuk mengatasi krisis dan mengendalikan perubahan yang terjadi.

Sebagai penutup akan saya sampaikan, inti dari bagaimana melejitkan potensi diri adalah SEMANGAT TIADA HENTI UNTUK TERUS MENYEMPURNAKAN KUALITAS DIRI DENGAN BELAJAR DAN BELAJAR, DIMANAPUN DAN KAPANPUN.
Wallahu a’lam.